MAKNA SIMBOLIK PADA ACARA ADAT SEUMANOE PUCOK DI DESA DRIEN JALO KECAMATAN TANGAN-TANGAN KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
Abstract
Upacara adat Manoe Pucok merupakan suatu upacara yang terdapat di acara pernikahan dan sunat rasul. Pada acara tersebut terdapat simbol-simbol yang mempunyai makna bagi masyarakat setempat. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah makna simbolik yang terdapat pada adat Seumanoe Pucok di Kabupaten Aceh Barat Daya? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna simbolik yang terdapat pada acara Seumanoe Pucok di Kabupaten Aceh Barat Daya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk mendeskripsikan makna simbolik terdapat dalam adat Seumanoe Pucok. Data dalam penelitian ini adalah simbol-simbol yang terdapat pada acara adat Seumano Pucok. Sumber data dalam penelitian ini adalah informan yang ada di Kabupaten Aceh Barat Daya. Informan dalam penelitian ini adalah Marzuki (Sekdes dan Tokoh Adat), Maiyana (Pengrajin Adat dan IRT) dan Safrina Wati (Ketua PKK dan Pengrajin Adat). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang dilakukan mencakup tiga kegiatan yaitu: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa simbol pada acara adat Seumanoe Pucok di Desa Drien Jalo Kecamatn Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya terdiri dari simbol noverbal fisik, Simbol Nonverbal Tindakan, dan Simbol Nonverbal Latar. Simbol Noverbal Fisik terdiri dari Pernak-pernik daun kelapa (Tikar, Keris, Pucok Reubong, Buah Biluluk, Raja Bersilang, Lipan dan Bungong Siyung-yung). Perlengkapan Peusijuk (Bunga Melati, Bunga Mawar, Bunga Seulanga, Batang Gebelu, Jeruk Perut, Daun Pandan dan Serai Wangi). Air Limau (On Sisijuk, Naleung Sambo, On Silaklak, Rangkaian Daun, Air Campur Minya Wangi, Beras, Bu Leukat), , dan perlengkapan lain (Dalong, Sange, dan Ija Seunaleun). Simbol Nonverbal Tindakan terdiri dari Salam dan Penyiraman Ganjil. Simbol Nonverbal Latar adalah waktu dan tempat pelaksanaan Seumanoe Pucok. Makna Simbolik dari Tikar (mulia bagi keluarga dan masyarakat), Keris (berani menghadapi kehidupan baru), Pucok Reubong (kehidupan baru), Buah Biluluk (pasangan suami istri), Raja Bersilang (laksana raja), Lipan (dihormati), dan Bungong Siyung-yung (berbaur dengan masyarakat). Perlengkapan Peusijuk mengandung makna doa restu agar pasangan hidup harmonis. Air Limau mengandung makna kesucian dan kebersihan. Perlengkapan lain bermakna selalu rukun dalam keluarga, saling melindungi dalam kehidupan barunya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah acara adat Seumanoe Pucok hanya dilakukan pada acara pernikahan dan khitan. Pada acara adat ini terdapat simbol-simbol yang mempunyai makna tersendiri bagi masyarakat setempat.
Keywords
Makna, Semiotik, Seumanoe Pucok
References
Benny H. Hoed, 2011. Semiotik & Dinamika Sosial Budaya, cetakan pertama, Beji Timur, Depok.
Budiman, Kris. 2011. Semiotika Visual : Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas. Yogyakarta : Jalasutra.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum cetakan ketiga. Jakarta: Rineka Cipta.
Danesi, Marcel,2011.Pesan, Tanda dan Makna.Yogyakarta.,Jalasutra.
Dharmojo, 2005. Sistem Simbol Munaba Waropen Papua.Jakarta: Pusat Bahasa.
Endraswara, Suwardi. 2003. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Widyatama.
Harun, Mohd. 2012. Pengantar Sastra Aceh. Bandung: Perdana Mulya Sarana.
Hutomo, Saripan Sadi. 1991. Mutiara Yang Terlupakan:Penganntar Studi Lisan. Jatim:Hiski
Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta
Puteh, M. Jakfar,2012, Sistem Sosial Budaya Dan Adat Masyarakat Aceh, grafindo Litera Media, Yogyakarta
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada.
Sari, Permata.2017.Makna Simbolik Pada Perlengkapan Seumanoe Pucok Di Desa Palak Hulu Kecamatan Susoh. Skripsi.Unsyiah
Piliang,Yasraf Amir. 2003. Hipersemiotika.Tafsir Cultural Studies atas Matinya Makna. Yogyakarta: Jalasutra
Pradopo, Rachmat Djoko. 2012. Beberapa Teori Sastra. Teori Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rafiek, M. 2010. Teori Sastra Kajian: Kajian Teori dan Praktik. Bandung: Rafika Aditama
Setiowati, Dewi. 2011. Makna Simbolik Tanda dalam Tuturan Pranatacara Penikahan Adat Jawa di Desa Jenang Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap (Kajian Semantis). Skripsi
Sugiyono, 2013, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.(Bandung: ALFABETA)
Susana, Trimarsisanti India, 2008. Makna Simbolik Ruwatan Bumi di Lokawisata Baturraden Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas. Skripsi
Teeuw, A. 2003. Sastera dan ilmu sastera. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.
Tuloli, Nani. 2000. Kajian Sastra. Gorontalo. BMT
Vera, Nawiroh. (2014). Semiotika Dalam Riset Komunikasi. Bogor:Ghalia Indonesia
Wahyuni, Sri. 2002. Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam Upcara Manoe Pucok Pada Masyarakat Aceh. Balaik Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional.