ANALISIS GAYA BAHASA DALAM SYAIR DENDANG DI KECAMATAN PULAU BANYAK KABUPATEN ACEH SINGKIL

Abstract

Syair dendang di kecamatan Pulau Banyak, Aceh Singkil banyak yang tidak meminatinya lagi, syair yang menggunakan bahasa daerah ini sebenarnya sudah dikenal baik di kalagan masyarakat di kecamatan pulau banyak, namun seiring berkembangnya zaman generasi penikmatnya banyak yang tidak mengerti dan paham tentang bahasa syair dan gaya bahasa yang terdapat dalam syair itu sendiri. Oleh karena itu, peniliti mengangkat masalah tentang bagaimanakah gaya bahasa yang terdapat dalam syair dendang di Pulau Banyak Aceh Singkil. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menjelaskan gaya bahasa yang terdapat dalam syair dendang di Pulau Banyak Aceh Singkil. Sumber data dalam penelitian ini adalah teks syair dendang yang diperoleh dari dokumen Tarian Dendang Kecamatan Pulau Banyak, Aceh Singkil yang ditulis oleh pengarangnya masing-masing dan telah di transiliterasi ke dalam bahasa tulis oleh peneliti. Adapun judul syair yang dijadikan sumber dalam penelitian ini terdiri dari 6 syair yaitu (1) Kapri (2) Lagu Duo (3) Perak Perak (4) Lansir Duo (5) Sikambang Kapulo Pinang Oleh (6) Tari Dampeng Aceh Singkil. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yaitu teknik dokementer, tahapan analisis data yaitu (1) Mebaca syair yang akan diteliti (2) Memahami isi syair (3) Menentukan gaya bahasa yang terdapat dalam syair (4) Mendeskripsikan gaya bahasa yang terdapat dalam syair (5) Menganalisis gaya bahasa yang terdapat dalam syair (6) Menyimpulkan hasil yang telah di analisis. Hasil penelitian menunjukkan gaya bahasa yang terdapat dalam syair dendang di Pulau Banyak Aceh Singkil antara lain gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat yang terdapat di bagian gaya bahasa klimaks dan gaya bahasa repetisi, gaya bahasa klimaks terdapat di beberapa bagian syair salah satunya seperti yang ada di bagian syair “ Maule, kapulo la pinang jiko la balai.. Maule, sitimu la lawik ambik la haluan”. Arti dari kutipan syair ini adalah Raja, ke pulau pinang jika sudah berlayar. Raja anginnya timur ambillah haluan. Selanjutnya gaya bahasa repetisi seperti di bagian syair berikut “ Ayoho ayoho daallah, aho ale allah le adena mi iya. Arti dari syair ini adalah ayolah ayolah ke Allah, oh ya Allah ke sanalah dia. Selanjutnya gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna yang terdapat dalam bagian gaya bahasa retoris, dan gaya bahasa kiasan, gaya bahasa retoris seperti dalam kutipan syair berikut “Aceh singkil kita tercinta, penuh budaya ramai orangnya Aceh Singkil Kota Betuah namanya”. Selanjutnya gaya bahasa kiasan “Maule, dicabik-cabik kain la dibali, dicabik-cabik ala di eto, maule, tanga tigo eto ala di eto”. Arti dari syair ini adalah Raja, dirobek-robek kain sudah dibeli, dirobek-robek sudah di siku, Raja, setengah tiga siku sudah di siku. Selanjutnya gaya bahasa asonasi dan gaya bahasa hiperbola. Gaya bahasa asonasi bisa di lihat di bagian syair berikut “Salamo sakik ditangguang badan, ditangguang badan, dunsanak indak, dunsanak indak namuahnyo tau, dunsanak nan indak namuahnyo tau”. Arti syair ini adalah Selama sakit ditanggung badan, ditanggung badan, saudara tidak, saudara tidak maunya tau, saudara yang tidak maunya tau. Setuterusnya gaya bahasa hiperbola Seperti yang terdapat dalam bagian syair berikut “Kapa lah perak pandayuang perak, kapa nan datang dari lah jau”. Arti dari syair ini adalah Kapal lah perak pendayung perak, kapal yang datang dari jauh.

Keywords

gaya bahasa, syair dendang, sastra